Pada acara pembukaan turut hadir Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan dan dalam sambutannya menyampaikan bahwa lulusan siswa tingkat SMA/SMK di Kabupaten Nunukan cenderung meningkat, sementara pilihan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi di kabupaten ini hanya ada 3 yaitu Universitas Terbuka, Poltek Nunukan dan STIT Ibnu Khaldun. Disinalah perlu adanya rumusan untuk lebih mendorong pendidikan agar harapannya dapat menghasilkan rekomendasi dalam rangka percepatan pembangunan daerah dan perkembangan pendidikan oleh perguruan tinggi Islam khusunya di Kabupaten Nunukan.
Koordinator Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Prof. Dr. H. Mujiburrahaman, MA dalam sambutannya mengungkapkan perlunya menjalin hubungan dengan pemerintah daerah dalam memajukan institusi seperti perguruan tinggi, dukungan dalam bentuk bantuan bangunan atau beasiswa bagi mahasiswa sangat berarti sehingga perkembangan lembaga bisa lebih cepat dan mudah, adapun tantangan kedapan yang dihadapi dalam memajukan perguruan tinggi swasta, ada tiga hal yang perlu dan penting untuk diperhatikan yaitu akses, apakah sudah bisa dijangkau dan memudahkan Untuk bisa memberi kesempatan yang lebih kepada mahasiswa. Kedua Mutu,yang standarnya adalah akreditasi yang baik dan ketiga Daya Saing, bagaimana alumni bisa bersaing di dunia kerja, bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Dengan berkumpulnya Pimpinan PTKIS dapat saling bertemu dan berdiskusi banyak hal terkait kemajuan pendidikan agama Islam bagi generasi muda kedepan.
]]>Terima kasih atas jasa dan pengabdian Dr. H. Hilmi Mizani, M.Ag dan selamat kepada pejabat baru Wakil dan Sekretaris Kopertais Wil. XI Kalimantan. Semoga amanah yang diemban mampu membawa kebaikan dan perubahan untuk kemajuan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) di Kopertais Wilayah XI Kalimantan.
]]>
Peserta dalam kegiatan ini merupakan utusan dari PTKIS yang tergabung dalam zona 1 wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dari STAI Al-Jami, IAI Darussalam Martapura, STIT Darul Hijrah, FSI UNISKA, STAI Al-Falah, STAI Darul Ulum Kandangan, STAI Al-Washliyah Barabai, STIT Darul Ulum Kota Baru, STAI Rakha Amuntai, STIQ Amuntai, STIT Ispini Tanah Bumbu, STIT Al- Syekh Nafis Tanjung, STAI Kuala Kapuas, FAI Unmuh Palangkaraya, STAI Al-Ma’arif Buntok, STAI Siti Khadijah Muara Teweh.
Mengingat di dunia perguruan tinggi kepentingan akan jurnal ilmiah menjadi kebutuhan yang mendasar, di zaman yang sudah serba Online mengelola jurnal online seolah menjadi tuntutan untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Prof. Dr. H. Mujiburrahman, MA selaku Koordinator Kopertais Wilayah XI Kalimantan saat sambutannya mengungkapkan keadaan kualitas publikasi jurnal Indonesia di Internasioanal masih sangat rendah dibandingkan dengan negara Thailand dan Malaysia, hanya ada beberapa PTKIN yang sudah mendapat standar International Scopus diantaranya Jurnal Al-Jamiah (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Studia Islamika (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Journal of Indonesian Islam (UIN Sunan Ampel Surabaya), serta International Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS) (IAIN Salatiga). Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi UIN Antasari serta perguruan tinggi agama islam lain di Kalimantan.
Adapun yang menjadi narasumber adalah Dr. Irfan Nor, M.Hum dan Imadduddin Parhani, MA dari Lembaga Penjaminan Mutu di UIN Antasari Banjarmasin.
]]>Kegiatan Orientasi Penilaian Beban Kerja Dosen Online. dilaksankan oleh Kopertais Wil XI Kalimantan di Ballroom Rattan Inn Banjarmasin, Jumat 24 Agustus 2018 dengan narasumber dari Lembaga Penjaminan Mutu UIN Antasari Banjarmasin.
Peserta merupakan Dosen dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta di Kalimantan, tidak hanya teori peserta juga dibekali dengan praktek langsung pengisian BKD Online, peserta pun nampak antusias mengikuti kegiatan ini.
]]>Tampaknya kekayaan alam bangsa Indonesia masih menyimpan paradoks berupa ketertinggalan pada pembangunan kualitas manusia. Ketertinggalan itu dapat dilihat dari beberapa laporan, seperti Indeks Korupsi (Transaparansi Internasional, 2011) yang merangking Indonesia di peringkat 100 dunia. Kemunduran pembangunan kualitas manusia Indonesia juga tergambar dari Laporan Daya Saing Global tahun 2010-2011 (World Economic Forum) yang mencatat nama Indonesia pada urutan ke-46 pada tahun 2011. Posisi Indonesia ini turun dari tahun sebelumnya yang berada di urutan 44.
Menurut Koordinator Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Prof. Dr. H. Akh. Fauzi Aseri, MA, jawaban dari paradoks itu adalah pembangunan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Terkait dengan ini, upaya pembangunan ini mesti mempertimbangkan adanya keseimbangan antara pencapaian individu dan pembangunan moral-spiritual.Secara pokok, inilah yang disebut sebagai pendidikan integratif.
Dalam sambutan dan orasi ilmiahnya dengan tema ‘Mengejar Ketertinggalan Umat dan Bangsa melalui Pendidikan Integratif’, pada Wisuda S-1 Angkatan V Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif (STAIMA) di Gedung Pancasila Kabupaten Sintang (23/6) , lebih lanjut koordinator mengulas bahwa pendidikan integral dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara potensi manusia baik akal, tubuh dan hati.
“Dengan ketiga elemen ini, pendidikan diharapkan tidak hanya meluluskan orang yang istimewa secara akademis, namun juga memiliki integritas tinggi, rasa tanggung jawab (sense of responsibility), dan dapat berkontribusi dengan baik di masyarakat,” tekan Rektor IAIN Antasari Banjarmasin itu.
Untuk mewujudkan keseimbangan itu, pada tataran epistemologis, diperlukan adanya pensejajaran ranah filosofis, kesadaran terhadap realitas dan disiplin ilmu pengetahuan. Pensejajaran ini dimaksudkan agar disiplin ilmu pengetahuan tidak tercerabut dari basis filosofis dan empiris.
Dalam beberapa kasus, seperti di Brunei Darussalam, penyelenggaraan pendidikan integratif seringkali dihadapkan oleh dua hambatan yaitu minimnya skill penyelenggara pendidikan dan iklim pembelajaran yang tidak kondusif.
Maka, agar konsepsi pendidikan integratif ini lebih realistis, menurut Koordinator, pendidik sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan integratif diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan melalui empat kerangka : kreatif, kontemplatif, resiprositas, dan responsibilitas. (mhm).
]]>